Karangrejek Kembali Gaungkan Reog Dodhog dari Gempuran Zaman

Operator Desa 13 November 2025 22:02:21 WIB

Karangrejek (SID)--Di pendopo Balai Kalurahan Karangrejek, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY, suara gamelan khas reog klasik tampak menggema selama beberapa jam. Hujan pun seolah tak menjadi penghalang bagi warga pecinta seni reog untuk terus giat berlatih.

Malam itu Kamis (13/11/2025), puluhan pria dana wanita asal Padukuhan Karanggumuk 2 tampak bersemangat menari tanpa kostum tradisional.

Di tengah-tengah mereka, seorang lelaki sepuh berwajah teduh memberikan arahan dengan suara lantang namun bersahabat.

Ia adalah Warto Suwito, yang akrab disapa Mbah Sangat, sosok yang sejak lebih dari dua dekade lalu mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan reog jowo asli, Reog Dodhog Gunungkidul.

Sejak mendirikan kelompok seni Ngesti Budoyo pada tahun 2001, Mbah Sangat tak pernah lelah menjaga denyut tradisi yang nyaris terlupakan ini. Dengan peralatan sederhana, bahkan sebagian besar sudah berusia puluhan tahun, ia tetap menggelar latihan di rumahnya.

“Yang penting tetap nguri-uri budaya leluhur. Selama masih ada yang mau belajar, reog dodhog akan tetap hidup,” ujar Mbah Sangat dengan bahasa Jawa, didampingi pamong kalurahan setempat dan Lina Susanti atau Cik Lin, seniwati yang juga Pendamping Kalurahan Budaya Karangrejek.

Kelompok Ngesti Budoyo kini beranggotakan sekitar 25 orang. Mereka terdiri dari berbagai kalangan usia.

Mereka bukan hanya belajar menari dan menabuh alat musik, tetapi juga mencoba memahami makna di balik setiap gerak dan tabuhan, sebuah simbol semangat, keberanian, dan kebersamaan masyarakat Jawa.

Bagi Mbah Sangat dan Kelompok Seni Ngesti Budoyo, melestarikan Reog Dodhog bukan sekedar mempertahankan kesenian, melainkan menjaga jati diri dan warisan budaya yang diwariskan turun-temurun hingga saat ini.

Meski zaman terus berubah dan arus modernisasi semakin deras, semangat Mbah Sangat dan kelompok Ngesti Budoyo tak pernah padam. Dengan hati yang tulus, mereka terus menabuh alat musik gamelan dan menari, menandakan bahwa tradisi reog dodhog masih hidup dan berdenyut di Bumi Handayani Gunungkidul.

Disela melatih mereka, Cik Lin, Pendamping Kalurahan Budaya Karangrejek mengaku sangat terharu dengan semangat latihan Mbah Sangat dan warga kelompok seni reog setempat.

“Di tengah gempuran hiburan digital dan budaya modern, perjuangan Mbah Sangat dan kelompok seni Ngesti Budoyo setidaknya bisa menjadi contoh dan pengingat bahwa nilai luhur tradisi tak boleh terkikis oleh waktu,” tutur Cik Lin.

Ia berharap pemerintah dan generasi muda dapat turut ambil bagian dalam pelestarian kesenian daerah, agar reog dodhog tak sekedar dikenang, melainkan terus dimainkan dan dicintai. (Mimar)

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar