Kalurahan Karangrejek

Karangrejek (SID)—Harmi dan Purwanto, warga Padukuhan Karangduwet 1, Kalurahan Karangrejek, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga kini tetap bertahan menjalankan bisnis telur bebek.

Walaupun sejatinya digempur kesulitan modal untuk mengembangkan usaha, namun mereka masih berusaha eksis memproduksi telur bebek.

“Kita usaha telur bebek sudah sejak 8 – 9 tahun lalu. Dari dulu kita mandiri, tidak kerjasama dengan PT. Pokoknya sebisa mungkin kita tetap bertahan,” ucap Harmi, Rabu (08/01/2025).

Dikatakan, zaman dulu waktu kandang full isi bebek sekitar 250 ekor, ia bisa meraup untung sekitar Rp 2 juta dalam sebulan. Namun demikian jumlah bebek yang dipelihara saat ini hanya tersisa 75 ekor saja, dengan jumlah produksi telur rata-rata sekitar 50 butir per hari.

“Bebek yang sekarang ini sudah kondisi afkir, sudah tua umurnya. Ada rencana diganti bebek muda agar produksi telurnya lebih lancar,” ungkap Mbak Harmi.

Lantaran produksinya masih sedikit, untuk sementara ini ia menjual telur bebek kepada bakul jamu.

“Dulu pernah juga bikin usaha telur asin pas produksi telurnya melimpah,” sambung dia.

Prospek usaha ini, ujar Harmi, sebenarnya masih terbilang cukup gemilang dan lumayan menguntungkan. Hal ini karena permintaan telur bebek sendiri sebenarnya cukup banyak.

“Sebenarnya ya, untuk skala rumah tangga, pelihara 200 – 300 ekor saja sudah lumayan, bisa untuk menopang pendapatan keluarga. Untuk pakan kita pakai bekatul, konsentrat, sedikit gogik (nasi kering),” beber dia.

Ia mengaku kekurangan modal untuk memajukan usaha, salah satunya untuk peremajaan bebek kedepan.

“Kalau ada modal sebenarnya sih pingin juga diremajakan lagi. Harga bebek muda itu mahal, per ekor sekitar Rp 90 ribuan umur 4 bulan,” pungkasnya.